Telah dilakukan
percobaan berjudul analisa kualitatif beberapa anion yang bertujuan untuk mengidentifikasi
beberapa sifat anion yang telah dibagi ke dalam 4 pembagian sisitematis,
walaupun sebenarnya tidak ada penggolongan khusus terhadap anion. Namun, hal
tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan kita. Beberapa asam yang
sangat mudah terurai dalam bagian-bagian yang mudah telah dapat ditentukan pada
pemeriksaan dengan H2SO4 encer dan pekat, seperti pada
pemeriksaan pendahuluan dengan jalan basah. Metodologi percobaan dilakukan
dengan mereaksikan beberapa senyawa yang awalnya telah digolongkan
menurut jenis-jenisnya, baik golongan asam-asam pengoksid, golongan asam yang
tidak mengandung oksigen, golongan asam sulfat, dan golongan sisa. Lalu, dapat
diamati perubahan yang terjadi, seperti yang menghasilkan gas, terjadinya
perubahan warna, dan lain sebagainya sesuai bagian ion-ionnya, ion karbonat,
ion sulfida, ion klorida, dan ion sulfat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Waktu mempelajari kesetimbangan, perhatian kita
dipusatkan terutama pada proses yang mencakup molekul. Konsep
kesetimbangan juga sangat penting dalam memahami reaksi yang melibatkan ion,
terutama ion dalam larutan
Dalam
air, pengionan beberapa beberapa molekul asam kovalen polar, seperti HCl, HNO3,
HClO4 pada hakikatnya berlangsung sempurna. Karena terdapat
sedikit molekul yang tidak terionkan pada kesetimbangan, persamaan
untuk rekasi pengionan ini umumnya hanya ditulis hanya dengan satu anak panah
tunggal ke kanan.
Analisis
kualitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat digunakn
untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Mengap analisis ini
dinamakan analisis kulitatif karena hanya menentukan jenis ion yang ada dalam
campuran. Analisis tak selalu perlu menyatakan ssumber senyawa yang
menghasilkan ion, atau banyaknya (kualitas) ion misalnya, bukan massa atau
konsentrasi senyawa.
Dibandingkan
perangkat prosedur laboratorium lainnya, analisis kualitatif menggambarkan
keseluruhan konsep kesetimbangan dalam larutan.
1.2
Tujuan percobaan
Percobaan analisa kualitatif beberapa anion bertujuan
agar praktikan dapat mengidentifikasi secara langsung dan dengan benar beberapa
sifat anion yang ada pada senyawa asam sesuai dengan golongannya masing-masing.
1..3 Manfaat percobaan
Kita dapat
mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi
beberapa sifat anion yang ada pada senyawa, dan mengetahui hasil dari setiap
pereaksian yang mengalami berbagai macam perubahan yang menyertainya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Asam dikatakan kuat atau lemah, tergantung apakah
ionisasinya total atau parsial dalam larutan. Pada asam lemah perpindahan ion
hidrogen ke air tidak berlangsung sampai selesai. Dengan demikian, asam lemah
seperti asam asetat juga merupakan electrolit lemah. Kemampuan larutannya untuk
menghantarkan listrik tidak sebaik asam kuat dengan konsentrasi yang sama
karena ion-ion yang dikandungnya lebih sedikit. Asam lemah menghasilkan sifat
koligatif yang lebih kecil daripada asam kuat (Oxtoby, 1998).
Analisis
kualitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat digunakan
untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Mengapa analisis ini
dinamakan analisis kulitatif karena analisis ini hanya menentukan jenis ion
yang ada dalam campuran. Analisis tak selalu perlu menyatakan ssumber senyawa
yang menghasilkan ion, atau banyaknya (kualitas) ion misalnya, bukan massa atau
konsentrasi senyawa.
Dibandingkan
perangkat prosedur laboratorium lainnya, analisis kualitatif menggambarkan
keseluruhan konsep kesetimbangan dalam larutan. Analisis kualitatif berlaku
untuk anion dan kation. Seperangkat prosedur yang digunakan untuk melakukan
analisis dinamakan bagin analisis kualitatif. Salah satunya adalah dengan
penambahan indicator (Petrucci, 1985).
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya
tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Jenis indicator yang khas adalah
asam organic yang lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya.
Lakmus berubah dari merah menjadi biru bila bentuk asamnya diubah menjadi basa.
Indicator yang baik mempunyai intensitas warna sedemikian rupa sehingga hanya
beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan
yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indicator yang sangat rendah ini hamper
tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan
pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan, ini
merupakan langkah awal untuk menidentifikasi ion yang terkandung baik di dallm
asam maupun basa tersebut.
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pealrut didefinisikan
sebagai jumlah terbanyak ( yang dinyatakan baik dalam garam atau dalam mol)
yang akan larut dalam ksetimbangan dalam volume pelarut tertentu pada suhu
tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikas,
larutan dalam air adalah yang paling penting dan banyak digunakan di sini.
Jadi, jika zat ynag akan diselidiki hanya mengandung garam-garam K, Na, dan NH4,
maka zat semula dilarutkan dalam air. Jika terdapat kation-kation lain
lagi, maka tambahkan kira-kira 1 gr zat itu 20 cclarutan NaCO3. Endapan
disaring dan filtrat (yang disebut larutan soda) dipergunakan untuk
penyelidikan itu.
Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam air. Perak perklorat (AgClO4)
amat larut sekitar 5,570 gr (atau hamper 27 mol) per liter air pada suhu 25°c, tetapi pada suhu yang sama hanya sekitar 0,0018 gr (atau 1,3 x 10-5
mol) perak klorida (AgCl) larut per liter air. Beberapa garam meskipun
dengan kelarutan lebih rendah diketahui. Kelarutan sering amat tergantung pada
suhu. Kebanyakan pelarutan untuk zat padat ionic bersifat endotermik (panas
diserap, maka lingkungan menjadi lebih dingin), sehingga menurut prinsip Le
Chatelier kelarutan naik dengan naiknya suhu. Reaksi pelarutan yang bersifat
eksotermik (seperti untuk CaSO4) menunjukkan sifat yang berlawanan.
Walaupun semua semua senyawa ionic larut sampai
tingkat tertentu dalam air, senyawa-senyawa yang mempunyai kelarutan (pada 25°c) kuran dari 0,1 gr L-1 disebut tidak dapat larut. Senyawa
yang mempunyai kelarutan lebih dari 10 gr L-1 disebut dapat larut , dan nilai di antaranya (0,1
sampai 10 gr L-1 ) disebut sedikit dapat larut. Untung saja
tidak perlu mengingat daftar panjang data tentang kelarutan. Table 11.2 memuat
daftar beberapa generalisasi yang menyangkut grup garam dan memberikan cukup
data yang nyata untuk mendukung perkiraan yang baik tenyang pengendapan atau
pelarutan dalam berbagi situasi praktis yang penting. Dengan mengetahui kelarutan zat ionik,
meskipun dalam bentuk kualitatif, kita dapat memperkirakan jalannya berbagi
reaksi. Sebagai contoh, jika larutan KI ditambahkan ke Pb(NO3)2,
ion-ion K+ dan NO3-
akan berdekatan, demikian juga dengan ion-ion Pb2+ dan I- . Dari table, KNO3 adalah
garam larut tetapi PbI2 tidak larut, sehingga pengendapan PbI2
akan muncul (Oxtoby, 1998).
H2SO4
berbeda dari asam poliprotik lain. Perbedaannya adalah asam itu merupakan
asam kuat pada tahap ionisasi yang pertama dan menjadi lemah pada tahap yang
kedua. Ionisasi terjadi sempurna pada tahap yang pertama dan ini berarti pada hampir semua larutan H2SO4
kita dapat mengasumsikan bahwa H2SO4 ekuivalen 0.
Jadi, suatu larutan 0,050 H2SO4 dapat diperlakukan
seolah-olah terdiri dari 0,50 H2O+ dan 0,50 M HSO4-.
Dari
pembicaraan terdahulu, kita dapat mengemukakan beberapa pernyataan kulitatif
tentang hidrolisis.
·
Umumnya,
di dalam larutan berpelarut air, garam terurai sempurna menjadi ion-ion.
·
Garam
dari asam kuat dan basa kuat (seperti NaOH) tidak terhidrolisis.
·
Garam
dari asam lemah dan basa lemah (seperti NaC2H3O2)
mengalami hidrolisis menghasilkan larutan bersifat basa pH > 7, anion dalam
garam semacam inilah yang berperan sebagai basa.
·
Garam
dari asam kuat dan basa lemah (seperti NH4Cl) mengalami hidrolisis
menghasilkan larutan bersifat asam pH < 7. Dalam larutan semacam inilah
kation berfungsi sebagai asam.
·
Garam
dari asam lemah dan basa lemah (seperti NH4C2H3O2)
terhidrolisis tetapi sifat netral atau asam atau basa dari larutannya
bergantung pada nilai Ka dan Kb untuk ion-ion yang terhidrolisis.
Sebagian besar
unsur membentuk senyawa dengan oksigen dan sutu skema penggolongan oksida
menggunkan istilah:
Bersifat asam, basa, dan amfoter. Untuk melihat bagaimana skema
tersebut digunakan, misalkan suatu oksida hpotesis ExOy yang dibentuk oleh
unsur E. perilaku ini dimungkinkan oleh ukuran kecil dan muatan besar pada atom
E. dalam keadaan-keadaan seperti ini oksida ExOy disebut asam anhidrida (dari
kata Yunani ; tanpa an) dan senyawa hidrokso disebut asam yang mengandung
oksigen.
-
Kekuatan
Asam yang Mengandung Oksigen
Suatu asam yang
mengandung oksigen mempunyai paling sedikit satu ikatan E-O-H dan salah satu
ikatan E-O-H atau E-O atau kadang-kadang E-H.
-
Pengaruh
Ion Senama dalam Larutan H2S
Pengendapan ion
sufida yang selektif tak dapat berlangsung efektif dalam larutan yang
mengandung H2S. dalam bagian analisa kualitatif, kesetimbangan H2S
berubah karena adanya seyawa lain. Misalnya, penambahan asam kuat (HCl) ke
dalam larutan H2S akan menurunkan [S2-] dalam larutan
tersebut.
Analisa kualitatif adalah metode laboratorium
; didasarkan pada bermacam-macam konsep kesetimbangan larutan, untuk menemukan
ada atau tidaknya kation atau anion tertentu dalam suatu contoh.
Analisa
kualitatif mengacu pada analisis suatu zat atau campuran, untuk menentukan kuantitas (banyaknya) komponen; tidak
semata-mata menentukan ada atau tidaknya kation atau anion (Keenan, 1980)
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, W. Charlea, Kleinfelter, C. Donald, Wood, H.
Jesse. 1980. Kimia untuk Universitas. Terjemahan dari
Herper & Row Publisher Inc, oleh Pudjaatmaka, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb. 1998. Prinsip- prinsip
Kimia Modern edisi keempat. Terjemahan dari Hartourt
Inc, oleh Suminar Setiati Achmadi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Petrucci, H. Ralph. 1985. General Chemistry,
Principles and Modern Application 4th ed. Terjemahan dari
Collier Macmillan, Inc, oleh Suminar Achmadi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Thanks for reading & sharing Dika Ramadanu
0 komentar:
Posting Komentar