Home » , » Laporan Fisika Farmasi Koefisien Partisi

Laporan Fisika Farmasi Koefisien Partisi

Posted by Dika Ramadanu on Selasa, 25 September 2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Fenomena distribusi dan kelarutan sangat penting dipelajari dalam bidang farmasi karena kelarutan dapat membantu kita untuk memilih medium pelarut yang cocok untuk obat dan dapat digunakan sebagai uji kemurnian dari obat.Selain itu kelarutan dapat memberi penjelasan atau informasi mengenai struktur obat dan gaya antar molekul obat.

Pada dasarnya kelarutan suatu zat bias dipengaruhi oleh jenis pelarut yang ada dalam larutan, pengaruh pH, temperatur, konstanta dielektrik, bentuk dan ukuran partikel dan penampang zat-zat lain, disamping itu faktor yang aling penting dalam kelarutan suatu zat adalah polaritas pelarut, penambahan polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar, ionik dan begitu pula sebaliknya.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu obat-obat yang digunakan dalam jangka panjang dan pendek.Dalam percobaan ini minyak dimisalkan sebagai lemak dalam tubuh dan air suling sebagai cairan tubuh.Obat yang efeknya panjang akan tersimpan di dalam lemak yang memiliki durasi dan onset yang lama.Seangkan obat yang efeknya pendek akan diserap langsung dalam cairan tubuh memiliki durasi dan onset yang cepat di dalam tubuh.

1.2.            Rumusan Masalah
Penentuan koefisien partisi dari asam salisilat berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yakni dalam minyak dan air.

1.3.             Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh pH terhadap partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloform-air.

1.4.      Manfaat Percobaan
Dapat Mengetahui pengaruh pH terhadap partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloform-air.



BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Koefisien partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Peranan koefisien partisi obat dalam bidang farmasi sangat penting. Teori-teori tentang absorbs, ekstraksi, dan kromatografi banyak terkait dengan teori koefisien partisi. Kecepatan absorbs obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Hal ini disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipida. Dengan demikian obat-obat yang mudah larut dalam lipida akan dengan mudah melaluinya. Sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan sukar diabsorbsi. Obat-obat yang larut dalam lipida tersebut dengan sendirinya memiliki koefisien partisi lipida-air yang besar, sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan memiliki koefisien partisi sangat kecil. Pada umumnya obat – obat bersifat asam lemah. Jika obat tersebut dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan tergantung pH larutannya. Obat – obat yang tidak terionkan ( unionized ) lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya dalam bentuk ion kelarutaannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan demikian pengaruh pH terhadap kecepatan absorbs obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah sangat besar (Martin, 1990) .

Penentuan konsentrasi senyawa dalam senyawa organic dapat ditentukan secara kuantitatif setelah dilakukan pemisahan fisik dan kendala yang dihadapi adalah harga pelarut organic yang n-oktanol yang sangat mahal selain itu biaya analisis konsentrasi senyawa dalam kedua pelarut juga cukup mahal dan waktu yang dibutuhkan relative cukup lama (Iqmal, 2008).       

Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua zairan yang tidak dapat campur. Sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasai pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu (Underwood, 1998).


Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperature (Svehla, 1990).
2
 
Liberasi obat dari sediaan dipengaruhi oleh faktor kimia dan fisika. Faktor kimia yang paling berpengaruh adalah koefisien partisi. Kalium iodida memiliki koefisien partisi yang rendah yang dapat dilihat dari kelarutannya yang sangat tinggi di dalam air. Koefisien partisi tidak hanya perlu diperhatikan dalam pembuatan obat dalam. Dalam pembuatan obat luar atau topikal, koefisien partisi juga merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Terdapat dua tahapan kerja obat topikal agar dapat memberikan efeknya yaitu obat harus dapat lepas dari basis dan menuju ke permukaan kulit, selanjutnya berpenetrasi melalui membran kulit untuk mencapai tempat aksinya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kedua tahapan tersebut adalah kondisi kulit, sifat fisikokimia obat sepert kelarutan obat dalam basis, koefisien partisi, koefisien difusi dan sifat fisikokimia basis gel seperti ukuran partikel. viskositas basis, pH basis dan sebagainya.

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan   produk lainnya”. Pelepasan zat dari bentuk sediannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh (Runate, 1996).






BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Tempat dan Waktu
Percobaan Fisika Farmasi yang berjudul Koefisien Partisi” ini dilakukan pada tanggal 07 Maret 2014 pukul 14.00 sampai dengan 18.00 WIB. Percobaan  ini  dilakukan  di  laboratorium  Fisiska  Farmasi  yang  bertempat  di gedung Training Center Unversitas Syiah Kuala (TC-Unsyiah).

3.2.   Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pH meter, batang pengaduk, filler, hot plate, inkubator, termometer, kaca arloji, pipet tetes, pipet volume 10mL, spektrofotometri UV-VIS,  dan pipet mikro.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam salisilat, natrium hidroksida, kloroform, dan larutan besi III klorida.

3.3.   Prosedur Percobaan
a)        Percobaan Koefisisen Partisi
-          Diambil 25mL larutan asam salisilat dan dimasukkan dalam gelas beker.
-          Diambil 10 mL larutan NaOH dimasukkan ke dalam gelas beker.
-          Dibuat larutan dapar salisilat 0,01 M dari asam salisilat yang telah ditambahkan natrium hidroksida.
-          Diambil masing-masing larutan 25mL kemudian dimasukkan dalam tabung percobaan.
-          Ditambahkan 10mL kloroform, lalu di inkubasikan.
-          Setelah semua tercampur hingga fase lipid berada di bawah fase air, dibuka tutup labu ukur untuk mengeluarkan kloroform ke udara.
-          Dibuang fase lipidnya dan diambil fase air untuk ditentukan kadar salisilat.

b)        Cara Penentuan Kadar Salisilat
-          Diambil fase air sebanyak 2ml pada percobaan koefisien partisi, diencerkan hingga 50ml.
-          Diambil 2mL dari hasil pengenceran lalu di tambahkan 1 tetes FeCl3 kemudian 2mL berikutnya ditambahkan 2mL FeCl3.
-          Dihitung resapannya  menggunakan spektrofotometer.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Alfred . dkk . 1990 . Farmasi Fisik edisi 3 . Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press). .Jakarta .
Rivai . 1995 . Asas Pemeriksaan Kimia . Penerbit Universitas Indonesia (UI Press) . Jakarta.
Runate , FA . 1996 . Analisis Instrumental Farmasi I . Jurusan Farmasi . Unhas . Makassar .
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Tahir, Iqmal.2009.Komparasi Nilai Koefisien Partisi Teoritik Berbagai Senyawa
          Obat dengan Metoda Hancsh-Leo, Metoda Rekker dan Penggunaan Program
          ClogP. Jurnal Purifikasi, Vol.5 hal. 150- 155 
Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

 PEMBAHASAN DIDAPAT SAAT PRAKTIKUM

Thanks for reading & sharing Dika Ramadanu

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Populer