Home » , » Laporan Fisika Farmasi Kelarutan Instrinsik Obat

Laporan Fisika Farmasi Kelarutan Instrinsik Obat

Posted by Dika Ramadanu on Rabu, 26 September 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam bidang farmasi, obat merupakan salah satu kebutuhan yang digunakan dalam upaya menunjang upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Banyak bentuk sedian farmasi yang beredar di masyarakat diantaranya sediaan padat dan cair, terdapat sediaan yang mengandung  bahan aktif yang kelarutannya kecil dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air agar manjur secara terapi sehingga obat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek terapeutik. Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu.
Secara global, larutan telah banyak dikenal semua kalangan dan dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja, teh, larutan garam dan gula (oralit), sirup, dan lain sebagainya. Begitu pula bagi ahli farmasi khususnya tenaga teknis kefarmasian, larutan tidak akan lepas penggunannya dalam setiap kegiatan farmasi seperti meracik obat. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, larutan atau solutions adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Kenyataan tersebut mengakibatkan perlu dilakukan beberapa usaha untuk meningkatkan kecepatan pelarutan bagi obat-obat yang mempunyai sifat kelarutan yang kurang baik di dalam air. Banyak bahan obat yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah atau dinyatakan praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik
Salah satu cara yang diterapkan oleh industri farmasi saat ini untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang bersifat lipofilik atau hidrofobik adalah dengan membuat sediaan emulsi





1.2. Rumusan Masalah
·         Bagaimana konsep dan proses pendukung system kelarutan suatu obat?
·         Bagaimana pengaruh konstanta dielektrik larutan campur terhadap konsentrasi asam salisilat?

1.3. Tujuan Percobaan
Memperkenalkan konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat

1.4. Manfaat Percobaan
Dapat memperkenalkan konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
          Hampir sebagian besar zat dapat melarut di dalam air, hanya ada yang mudah dan bahkan ada pula yang sukar atau sedikit sekali larut. Kemampuan melarut suatu zat di dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya “jumlah maksimal zat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu”inilah yang disebut kelarutan zat itu (Mulyono,2006).  
            Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam berbagai cara. Menurut U.S. pharmacopeia dan national formulary, definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan larut gram zat terlarut. Suatu larutan dikatakan larutan jenuh apabila berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat telarut) (Yoshita,1990).
            Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersinmolekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut. Juga bergantung pada factor temperature, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada terbaginya zat terlarut (Martin, 1990).
            Perbedaan antara pelarut dan zat terlarut sebenarnya relatif, suatu zat pada suatu saat dapat merupakan solut dan pada saat lain merupakan solven. Biasanya kita mengambil zat yang banyak sebagai pelarut dan zat yang sedikit sebagai zat terlarut. Misalnya dalam alcohol 15% maka alcohol merupakan zat terlarut dan air merupakan pelarut, dalam alcohol 96% maka alcohol sebagai pelarut sedangkan air sebagai zat terlarut (Sukardjo, 1985).
            Suatu senyawa akan larut dan suatu pelarut pada suatu suhu tertentu sampai tercapai tekanan osmotis jenuh, yaitu sampai dicapai suatu konsentrasi jenuh tertentu. Kelarutan (harga jenuh) tergantung pada kesetimbangan dinamik antara molekul yang tidak larut dan  molekul yang larut (Kisman, 1988).
            Konsentrasi  maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut dengan kuantitas tertentu disebut kelarutan zat terlarut tersebut. Kelarutan bergantung pada suhu. Kebanyakan padatan lebih larut dalam cairan yang suhunya lebih tinggi dibandingkan pada suhu yang lebih rendah, sementara gas lebih baik larut dalam cairan dingin dibandingkan dalam cairan panas. Suatu larutan yang konsentrasi zat terlarutnya sama dengan kelarutannya disebut larutan jenuh. Jika konsentrasinya lebih rendah, larutan disebut larutan jenuh. Kita juga dapat membuat larutan lewat jenuh yaitu larutan tidak stabil yang tidak mengandung konsentrasi zat terlarut lebih besar dari pada yang ada dalam larutan jenuh (Schaum, 2008). 

 
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1    Waktu dan Tempat
Percobaan Fisika Farmasi yang berjudul “Kelarutn Intrinsik Obat” ini dilakukan pada tanggal 21 Februari 2014 pukul 14.20 sampai dengan 18.00 WIB. Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fisiska Farmasi yang bertempat di gedung Training Center Unversitas Syiah Kuala (TC-Unsyiah).

3.2  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, buret 50 ml, erlenmayer 100 ml, filler, gelas kimia 100, 250 dan 1000 ml, labu ukur 100 dan 250 ml, pipet tetes, pipet volume 10 ml, spatula, statif dan klem, timbangan analitik.
Bahan-bahan yang digunakan adalah aluminium foil, aquades, asam oksalat, asam salisilat, etanol, fenolftalein, kertas saring, NaOH, propilen glikol, tissue.

3.3  Prosedur Percobaan
3.3.1        Pembuatan Reagnesia
a.       Pembuatan 1 L Aquades bebas CO2
Diambil 1 L aquades. Dimasukkan dalam erlenmayer. Dididihkan dengan kompor listrik. Disumbat mulut erlenmayer dengan kapas. Lalu ditunggu hingga dingin. Kemudian disimpan pada botol reagen.

b.    Pembuatan 500 mL NaOH 0,1 N yang dilakukan dengan H2C204
Ditimbang NaOH sebanyak 2 gram. Dilarutkan menggunakan aquades. Lalu dimasukkan dalam labu takar 500 mL. ditambahkan aquades hingga batas 500 mL. Diadukkan secara perlahan. Kemudian dilakukan pembekuan dengan H2C204 menggunakan buret.


c.     Pembuatan 20 mL indikator fenolftalein (PP) 10%
Ditimbang sebanyak 0,5 gram. Dimasukkan dalam gelas kimia 50 mL, kemudian diaduk secara perlahan. Lalu dipindahkan dalam labu ukur 50 mL. ditambahkan etanol sampai tanda batas. Dikocok sampai homogeny. Dipindahkan ke tempat penyimpanan. Kemudian ditutup.

3.3.2        Pembuatan aquades 6 mL
Diambil 6 mL aquades menggunakan pipet tetes. Dimasukkan dalam gelas kimia 50 mL. ditambahkan 4 mL propilen glikol.ditambahkan 1 gram asam salisilat. Diaduk selama 10 menit. Kemudian disaring dengan kertas saring. Dimasukkan dalam labu erlenmayer 100 mL. ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein (PP). dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N. diulangi untuk volume tabung berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Kisman, sarjono. 1998. Analisis farmasi. Terjemahan dari pharmazeutische analityk            oleh H.J. Roth. Gadjah mada university press, Yogyakarta.
Martin, Alfard,dkk. 1990. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Mulyono. 2006. MembuatReagen Kimia di Laboratorium. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Schaum. 2008. Kimia untuk pemula. Terjemahan dari beginning chemistry oleh david        E. Goldberg. Erlangga, Jakarta.
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Rineka Cipta, Jakarta.
Yoshita. 1990. Farmasi fisik. Terjemahan dari physical pharmacy oleh Alfred martin. Universitas Indonesia salemba, Jakarta.


PEMBAHASAN DIDAPAT SAAT PRAKTIKUM!

Thanks for reading & sharing Dika Ramadanu

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Populer