Home » , » Laporan Fisika Farmasi Kinetika Reaksi Kimia

Laporan Fisika Farmasi Kinetika Reaksi Kimia

Posted by GabutiArt on Jumat, 28 September 2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Kinetika reaksi menggambarkan suatu study secara kuantitatif tenang perubahan – perubahan kadar terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi di tentukan oleh kecepatan terbentuknya zat hasil, dan kecepatan pengurangan reaktan. Tetapan kecepatan (K) adalah faktor pembanding yang menunjukkan hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan.

Keberadaan reaksi kimia ditentukan oleh tinjauan termodinamika dan kinetika. Termodinamika memberikan informasi kearah mana reaksi/ perubahan kimia itu secara spontan dapat berlangsung, atau dengan kata lain kearah manakah sistem kimia itu mempunyai kestabilan yang lebih besar. Sedangkan kinetika mempermasalahkan laju reaksi dan mekanisme reaksinya.
Pada percobaan ini, kita akan melakukan dua macam percobaan yaitu menentukan orde reaksi dan tetapan kecepatan reaksi dan menentukan pengaruh faktor konsentrasi dan suhu terhadap kecepatan reaksi. Informasi kinetika di gunakan untuk meramalkan secara rinci mekanisme suatu reaksi yaitu langkah-langkah yanhg di tempuh pereaksi untuk menetukan hasil reaksi tertentu sesuai yang diinginkan. Disamping itu kinetika juga memberikan informasi untuk mengendalikan laju reaksi. Informasi semacam itu sangat berguna bagi para ahli sintesis senyawa kimia, sehingga hasil sintesanya memuaskan.
Salah satu factor pada persamaan laju reaksi itu kecuali suhu., keadaan zat, katalisator dan kepekatan pereaksi adalah tingkat reaksi. Tingkat reaksi ini di tentukan dari hasil percobaan yang menyatakan hubungnan antara laju reaksi dengan kepekatan pereaksi tersebut masing-masing.

1.2.            Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan waktu kadaluarsa suatu obat ?

1.3.            Tujuan Percobaan
Mempelajari kinetika suatu reaksi kimia dan menentukan waktu kadaluwarsa obat.


1.4.             Manfaat Percobaan
Dapat mengetahui dan memahami waktu kadaluwarsa obat dan waktu paruhnya


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari tetang proses yang berhubungan dengan kecepatan atau laju suatu reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Dalam praktek suatu reaksi kimia dapat berlangsung dengan laju atau kecepatan yang berbeda-beda. Namun dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai reaksi yang berlangsung lambat. Oleh karena itu dengan mempelajari kinetika kimia maka seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi laju suatu reaksi dapat dikendalikan sehingga lebih hemat dan efisien (Tim Dosen UNHAS, 2004).
Pengertian tentang laju reaksi adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per satuan waktu. Karena reaksi berlangsung kearah pembentukan hasil, maka laju reaksi tak lain dari pengurangan jumlah pereaksi per satuan waktu, atau pertambahan jumlah hasil reaksi per satuan waktu. Dimensi untuk waktu umumnya digunakan menit atau detik, sedangkan satuan untuk jumlah pereaksi dan hasil reaksi adalah konsentrasi molar (Tim Dosen UNHAS, 2004).
Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Satuan yang umum adalah mol dm-3-1. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi, dan dapat dinyatakan dengan:
Laju = k f (C1, C2, … Ci)
Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepatan, C1,C2 … adaalah konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk (Dogra, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi ialah: macam zat yang mengadakan reaksi, konsentrasi/tekanan, temperature, adanya katalisator dan radiasi yaitu adanya sinar dengan panjang gelombang tertentu. Beberapa reaksi terjadi dengan sangat cepat misalnya penetralan larutan asam kuat dengan basa kuat. Tetapi ada pula reaksi yang berjalan sangat lambat, misalnya reaksi H2 dan O2 pada temperature kamar tanpa adanya katalisator. Beberapa reaksi berjalan sangat lambat pada temperature kamar, tetapi kecepatan reaksi ini akan bertambah dengan cepat pada kenaikan temperature (Respati, 1981).
Orde reaksi menggambarkan bentuk matematik di mana hasil percobaan dapat dtunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen, dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan, sedangkan harga eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde reaksi untuk komponen itu (Dogra, 1984).
Waktu paruh (t1/2) suatu zat radioaktif merupakan waktu yang diperlukan oleh separuh dari bobot awal tertentu dari zat itu untuk berubah menjadi zat lain. Waktu-paruh ditentukan secara eksperimen dengan mencatat banyaknya pancaran dalam suatu kurun waktu yang sesuai, oleh satu contoh radioaktif yang bobotnya diketahui. Unsure-unsur radioaktif tertentu mempunyai waktu-paruh yang amat pendek dan unsur-unsur lain yang waktu-paruhnya amat panjang (Keenan, 1986).
Waktu paruh didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan bila separuh konsentrasi dari suatu reaktan digunakan. Waktu paruh dapat ditentukan dengan tepat hanya jika satu jenis reaktan terlibat, tetapi jika suatu reaksi berlangsung antara jenis reaktan yang berbeda, waktu paruh harus ditentukan terhadap reaktan tertentu saja (Dogra, 1984).
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999).
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Laju rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut:
A + B AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:
R = k [A]m [B]n
K sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi (Petrucci, 1987).
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
    a. Sifat dan ukuran pereaksi. Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan (Petrucci, 1987).
    b. Konsentrasi. Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 (cepat)
H2S2O3 H2SO3 + S (lambat)
Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 + S
Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung menyambung). Pada reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan laju reaksi keseluruhan. Dalam hal ini reaksi yang paling lambat ialah penguraian H2S2O3 (Petrucci, 1987).
Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu senyawa sering tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan tekanan yang dapat digunakan dalam proses industri tidak mungkin berlangsung dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak bagi makhluk hidup (Hiskia, 1992).
c. Suhu Reaksi. Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energi tumbukan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan persamaan sebagi berikut:
k = Ae-Ea/RT atau ln k = -Ea + ln ART
Dengan R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor frekuensi) dan Ea = energi aktivasi yang bersangkutan (Petrucci, 1987).
d. Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk memepercepat jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda panah (Petrucci, 1987).
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus (Hiskia, 1992).



BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1    Waktu dan Tempat
Percobaan Fisika Farmasi yang berjudul “Kinetika Reaksi Kimia” ini dilakukan pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 14.20 sampai dengan 18.00 WIB. Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fisika Farmasi yang bertempat di gedung Training Center Universitas Syiah Kuala (TC-Unsyiah).

3.2    Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, gelas kimia 100 dan 250 mL, kaca arloji, labu ukur 100 dan 250 mL, penangas air/inkubator, pipet tetes, pipet volume 10 mL, spatula, spektrofotometer, stopwatch, tabung reaksi 20 cm, thermometer, timbangan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah aluminium foil, asetosal, etanol absolute, aquades, FeCl3, es batu.

3.3    Prosedur Percobaan
3.3.1        Pembuatan Reagensia
a.         Pembuatan larutan stok asetosal 10 ppm
Diambil asetosal sebanyak 0,025 g. dimasukkan dalam gelas kimia 250 mL. ditambahkan 100 mL aquades. Diaduk hingga larut. Dipindahkan dengan corong dalam labu ukur 500 mL. Dibilas corong, batang pengaduk dan gelas kimia denga aquades. Dipindahkan air bilasan ke dalam labu ukur. Ditambahkan akuades hingga tanda batas. Dikocok hingga homogen. Ditutup.

b.        Pembuatan larutan standar asetosal 1,2,3,4, dan 5 ppm
Diambil asetosal sebanyak 50 mL. Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan 2 mL FeCl3 1%. Dikocok homogeny. Ditambahkan aquades hingga tanda batas. Dikocok hingga homogen. Ditutup.
3.3.2        Persiapan Sampel dan Pengukuran
a.         Persiapan
Diambil asetosal sebanyak 0,05 g. Dimasukkan dalam gelas kimia 250 mL. Ditambahkan 100 mL etanol. Diaduk hingga larut. Dipindahkan dengan corong dalam labu ukur 250 mL. Dibilas corong, batang pengaduk dan gelas kimia dengan etanol. Dipindahkan etanol bilasan ke dalam labu ukur. Ditambahkan etanol hingga tanda batas. Dikocok hingga homogeny. Dipipet 10 mL kedalam 3 buah tabung. Diinkubasi pada suhu 40°C. Diambil tabung reaksi setelah 5, 15 dan 25 menit. Didinginkan dalam penangas es. Ditambahkan 1 mL FeCl3 1%. Dikocok hingga homogeny. Diulangi percobaan pada suhu 50 dan 60°C.

b.        Penentuan  λmaks
Dimasukkan larutan standar asetosal 3 ppm ke dalam kuvet. Dibersihkan kuvet dengan tissue. Dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer. Diatur rentang panjang gelombang UV/VIS. Diatur mode panjang gelombang maksimum pada alat. Dibaca absorbansi larutan standar. Diprint data penentuan λmaks.



DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Dogra, S. K.  1984. Kimia Fisika dan soal-soal. Universitas Indonesia: Jakarta
Respati.  2001. Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas. Rineka Cipta: Yogyakarta
Tim Dosen Unha.  2009. Kimia Dasar. Universitas Hasanuddin: Makassar
Keenan, C. 1986. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi VI. Erlangga: Jakarta 
PEMBAHASAN DIDAPAT SAAT PRAKTIKUM!














Thanks for reading & sharing GabutiArt

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Populer