Home » , » Laporan Kimia Dasar Asidimetri

Laporan Kimia Dasar Asidimetri

Posted by Dika Ramadanu on Kamis, 20 September 2018

ABSTRAK
Asidimetri dan alkalimetri merupakan proses titrasi yang menggunakan larutan  asam dan basa.Tujuan dari percobaan ini adalah menetapkan konsentrasi HCl dengan standarisasi larutan NaOH dan Na2CO3, membuat larutan standar NaOH serta standarisasinya dengan menggunakan asam oksalat, serta untuk menetukan kadar NH3 dalam NH4Cl dan kadar asam asetat dalam asam cuka.Untuk menetukan konsentrasi baik dengan standarisasi larutan NaOH, Na2CO3 anhidrous atau asam oksalat prinsip kerjanya sama, yaitu dengan proses titrasi. Begitu pula dengan menetukan kadar NH3 dan kadar asam asetat yang masing-masing sample dijadikan titrat yang dititrasi dengan larutan standar. Kemudian dari data yang diperoleh, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai konsentrasi maupun kadarnya.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Titrasi adalah salah satu cara menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu sampel. Namun, titrasi sendiri bermacam-macam, tidak hanya satu. Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu proses titrasi.
Titrasi asam-basa ini sangat berguna dalam bidang pertanian yaitu untuk pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi. Atau dalam industri lain seperti penentuan sulfite dalam minuman anggur menggunakan iodine yang merupakan asam.
Oleh sebab itu, maka praktikum ini dirasa penting. Karena proses titrasi ini banyak diaplikasikan di berbagai bidang industri, maka sebagai mahasiswa harus bisa memahami konsep percobaan agar tidak canggung apabila berada dalam dunia industri.

1.2  Tujuan
1.      Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis suatu sampel
2.      Menstandardisasi  larutan standar


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai yang tak diketahui. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetric (Keenan, 1980).

            Asidimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku asam untuk menentukan jumlah basa yang ada. Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada (Daintith, 1997).

            Titrasi adalah penambahan yang sangat hati-hati dari satu larutan ke yang lain dengan cara buret. Buret secara akurat mengukur volume larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan jumlah yang secara hati-hati diukur dari zat lain yang terlarut. Ketika volume yang tepat telah tercapai, indikator perubahan warna dan operator menghentikan aliran dari buret tersebut. Fenolftalein adalah indikator khas untuk titrasi asam-basa, tidak berwarna dalam larutan asam dan merah muda dalam larutan basa (Peters, 1990).

            Proses titrasi digunakan dalam penentuan analitis banyak, termasuk melibatkan reaksi asam-basa. Indikator adalah zat yang digunakan untuk sinyal ketika titrasi tiba di titik dimana reaktan kimia sama, seperti yang didefinisikan oleh persamaan reaksi. Larutan standar adalah larutan dengan konsentrasi tepat ditentukan. Awalnya konsentrasi larutan standar ditentukan dari jumlah yang ditimbang dari sebuah standar primer, bahkan kimia referensi yang sangat dimurnikan. Larutan standar dapat dibuat dari salah satu dari dua cara;
1. Standar primer yang ditimbang dengan hati-hati, dilarutkan, dan diencerkan akurat untuk volume yang diketahui. Konsentrasi dapat dihitung dari data.
2. Larutan dibuat untuk perkiraan konsentrasi dan kemudian dibakukan oleh titrasi kuantitas akurat ditimbang dari standar primer (Weiner, 2010).

Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri melibatkan titrasi basa bebas. Basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hidrogen untuk membentuk air (Basset, 1994).

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer (Farx, 2011)

Indikator asam – basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru brotimol (BB) dalam larutan asam ia berwarna kuning tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukan dalam keadaan basa disebut warna basa (Harjadi, 1990).

 Rentang pH indikator, indikator tidak berubah warna dengan sangat mencolok pada satu pH tertentu (diberikan oleh harga pKind-nya). Malahan, mengubah sedikit rentang pH. Terjadi perubahan kecil yang berangsur-angsur dari satu warna menjadi warna yang lain, menempati rentang pH. Secara kasar "aturan ibu jari", perubahan yang tampak menempati sekitar 1 unit pH pada tiap sisi harga pKind+ (Clark, 2007).
1. Reaksi kimia antar analit dan titrant diketahui dengan pasti dan jelas produk-produk apa yang akan dihasilkan nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan dihasilkan harus jelas dan pasti
2.  Reaksi harus berjalan dengan cepat
3. Harus ada sesuatu yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi antara analit dengan titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan perubahan warna, perubahan arus listrik, perubahan pH, dengan penambahan indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk mengamati perubahan tersebut.
4. Tidak ada hal lain yang mengganggu reaksi antara analit dengan titrant
5. Reaksi antara analit dengan titrant harus memiliki kesetimbangan jauh kearah kanan (artinya kesetimbangannya mengarah kearah pembentukan produk) hal ini untuk memastikan secara kuantitatif reaksi bisa dihitung, dan memastikan titik akhir titrasi bisa diamati (Syarif, 2011).

Pengenceran adalah proses penambahan pelarutan terhadap larutan. Tujuan pengenceran adalah untuk memperkecil konsentrasi larutan. Pada peristiwa pengenceran jumlah zat terlarut tidak berubah. Sedangkan volume larutan berubah, akibatnya % volumenya akan kecil (Harjadi, 1990).

 Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung eagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu suatu larutan. Larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi, suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut:
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan dan juga mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 1100 ± 1200C).
2. Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan. Kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh higroskopis, tidak pula dioksidasi udara atau dipengaruhi karbon dioksida. Standar ini juga harus dijaga agar komposisinya tidak berubah saat penyimpanan.
3. Zat harus dapat diuji terhadap zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tidak boleh melebihi 0, 01-0, 02 ).
4. Zat harus mempunyai ekivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat harus mudah larutpada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.\
6. Reaksi dengan larutan standar itu harus soikiometri dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.

               Zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer adalah reaksi asam basa natrium karbonat (Na2CO3), natrium tetrabonat (Na2B4O7), kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan. Sedangkan standar sekunder adalah zat yang dapat digunakan untuk standarisasi dan yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan de ngan pembandingan dengan suatu standar primer (Basset, 1994).

Larutan yang dititrasi dalam asidmetri dan alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya, bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH pada awa titrasi yakni saat belum ditambah dengan basa dan pada saat tertentu setelah titrasi dimulai, maka pH larutan dapat dialurkan lewat grafik yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita gunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi maka indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi. Perubahan warna ini harus terjadi dengan mendadak agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Bila perubahan warna mendadak sekali (yakni tetes terakhir menyebabkan warna sama sekali lain) maka dikatakan bahwa titik akhirnya tegas atau tajam (Harjadi, 1999).




BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
            Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu ukur, buret, pengaduk, erlenmayer, gelas kimia, corong, statif dan klem.
            Bahan-bahan yang digunakan adalahlarutan NaOH 0,,1 N, larutan HCl 0,1 N, aquades, indikator phenolphthalein, indikator metal orange, larutan cuka dan soda.

3.2 Konstanta fisik
           

Bahan
Berat Molekul
(Gram/mol)
ρ
(densitas)

Titik leleh(oC)

Titik Didih(oC)

Tinjauan keamanan
Larutan HCl
36,46
1,1
-114,2
85
Iritan,korosif
Larutan NaOH
40
1,29
38
139
Alkalis,bahaya
Aquades
18
1
0
100
Aman
Larutan CH3COOH
60,05
1.049
16.5
118.1
korosif
Soda (Na2CO3)
84,01
2,20
60°C
200°C
alkaloid


DAFTAR PUSTAKA
Clark, Jim. 2007. Indikator Asam dan Basa. http://www.chem-is-try.org
Diakses pada tanggal 13 november 2013
Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17, Erlangga, Jakarta
Farx. 2011. Larutan Baku (Larutan Standar). http://artikelteknikkimia.com
Diakses pada tanggal 13 november 2013
J. Basset. 1994. Teknik Analisis Kuantitatif. Erlangga:
Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.
Keenan, Charles W., 1980, Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI,  422,
Erlangga, Jakarta.
Peters, Edward I., 1990,  Introduction to Chemical Principles, 5 th edition,
394, Saunders College  Publishing : USA
Syarif. 2011. Syarat-Syarat Titrasi. Themegallery: Bandung.
Weiner, Susan A., 2010, ,  Introduction to Chemical Principles, 7 th
edition, 268, Cengage Learning: USA



pembahasan didapat setelahpraktikum.

Thanks for reading & sharing Dika Ramadanu

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Populer