Home » , » Laporan Kimia Dasar Termokimia

Laporan Kimia Dasar Termokimia

Posted by GabutiArt on Jumat, 21 September 2018

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul Termokimia. Percobaan ini bertujuan untuk mengamati perubahan suhu, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm dilihat dari hasil percobaan pencampuran air (H2O) dengan H2SO4. Reaksi endoterm didapat dari hasil percobaan pencampuran air (H2O) dengan NH4Cl. Reaksi eksoterm yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan menyebabkan hasil reaksi menjadi panas sehingga dapat menaikkan suhu. Sedangkan pada reaksi endoterm yang menyerap panas dari lingkungan ke system menyebabkan hasil reaksi menjadi dingin sehingga dapat menurunkan suhu. Dan untuk melihat lebih jelas reaksi diruang tertutup dan ruang terbuka, maka dilakukan reaksi antara senyawa HCl 1M dengan logam Zn. Dari percobaan diketahui bahwa dalam ruang tertutup suhunya lebih tinggi dibandingkan reaksi di ruang terbuka. Hal ini dipengaruhi oleh masuk atau tidaknya udara yang bersuhu ruangan.

 BAB I
PENDAHULUAN
1.         Latar Belakang

Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang merupakan bagian dari termodinamika yang mempelajari perubahan-perubahan panas yang mengikuti reaksi-reaksi kimia.Reaksi dalam termokimia ter bagi menjadi reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan ke sistem.

Jika kita melakukan reaksi kimia, ada dua kemungkinan, menghasilkan panas atau sebaliknya, membutuhkan panas. Hal ini bergantung pada system dan lingkungannya. Ada system tertutup dan ada system terbuka. Sistem dan lingkungan ini saling berinteraksi satu sama lainnya.

Jika kita membahas termokimia, maka kita akan mengenal entalpi. Perubahan entalpi adalah besarnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia pada tekanan tetap. Entalpi dibedakan menjadi 5, yaitu: entalpi pembentukkan, entalpi penguraian, entalpi pembakaran, entalpi netralisasi dan entalpi reaksi.

2.       Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah praktikan dapat mengetahui perubahan suhu serta dapat membedakan antara reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAN
1.      Termokimia
            Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut termokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi kita dapat mengukur (secara langsung dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperatur) energi yang dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor dan dikenal sebagai Joule. Berganti dengan kondisinya, apakah dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalpi. Sebaliknya jika tahu DC atau DH suatu reaksi kita dapat meramalkan jumlah energi yang dihasilkannya sebagai kalor.
                                                                                                           (Atkins, 1994)
Kimia termo mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-perubahan fisika (pelarutan, peleburan dan sebagainya). Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan dengan kalori, joule atau kilo kalori.
1 Joule = 10-7 erg  =  0,24 kal
1 kal    = 4,184 joule
Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi kimia, dipakai kalorimeter. Besarnya panas reaksi kimia dapat dinyatakan pada :
-                Tekanan tetap
-                Volume tetap
                                                                                         (Sukardjo, 1989)
Sebagian besar reaksi kimia yang terjadi,disertai dengan penyerapan atau perubahan energi. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja. Ketika sistem bekerja / melepaskan kalor, kemampuan untuk melakukan kerja berkurang dengan kata lain energinya berkurang.
                                                                                            (Chang, 1995)
2.    Kalor Reaksi / Panas Reaksi
Kalor reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi produk dan reaktan pada volume konstan (DE) atau pada tekanan konstan (DH), sebagai contoh adalah reaksi :
Reaktan (T) → Produk (T)
DE = Eproduk – Ereaktan
Pada temperatur konstan dan volume konstan.
DH = Hproduk – Hreaktan
Pada temperatur konstan dan tekanan konstan.
Satuan SI untuk E dan H adalah joule, yaitu satuan energi tetapi satuan umum yang lain adalah kalori. Umumnya harga E atau H untuk tiap reaktan dan produk dinyatakan sebagai Joule mol-1 atau kJ mol-1 pada temperatur konstan tertentu, biasanya 298 K.
Jika DE atau DH positif, reaksi dinyatakan “endotermis” dan jika DE atau DH negatif, reaksi disebut “eksotermis”.
                                                                                                         (Atkins, 1994)
            Proses pelepasan energi sebagai kalor disebut eksoterm. Semua reaksi pembakaran adalah eksoterm. Proses yang menyerap energi sebagai kalor disebut endoterm, contohnya adalah penguapan air. Proses endoterm dalam sebuah wadah adiabatik menghasilkan penurunan temperatur sistem, proses eksoterm menghasilkan kenaikan temperatur. Proses endoterm yang berlangsung dalam wadah diatermik, pada kondisi eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan aliran energi ke dalam sistem sebagai kalor. Proses eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan pembebasan energi sebagai kalor dalam lingkungan.
                                                                                                            (Dogra, 1990)
3.    Perubahan Entalpi Standar
            Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika / kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar. Dalam banyak pembahasan kita akan memperhatikan perubahan entalpi standar DH°, yaitu perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam keadaan standar.
                                                                                                          (Atkins, 1994)
4.    Kapasitas Kalor Zat
a.     Kapasitas kalor pada volume tetap
Kapasitas kalor suatu zat bergantung pada kondisinya, misalnya sistem itu terpaksa mempunyai volume tetap dan tidak dapat melakukan kerja. Jenis apapun kalor yang diperlukan agar mengubah temperatur dT adalah  dq V = Cv dT, dengan Cv sebagai kapasitas kalor pada volume tetap. Walaupun demikian, karena  du = dqv  dapat dituliskan  dv = Cv dT  pada volume tetap dan menyatakan  Cv = du/dT  dengan volume tetap. Jika suatu variabel atau lebih dijaga agar tetap selama perubahan variabel yang lain maka turunan disebut “turunan parsial” terhadap variabel yang berubah. Notasi d digantikan dengan d dalam variabel yang dibuat tetap ditambahkan subskrip.
                                                                                                       (Atkins, 1994)
b.    Kapasitas kalor pada tekanan tetap
Kalor yang diperlukan agar menghasilkan perubahan temperatur yang sama adalah  dq D =  Cp dT  dengan Cp menyatakan kapasitas kalor pada tekanan tetap. Dalam hal ini, sistem mengubah volumenya sebagai energi yang diberikan sebagai kalor dapat ditambahkan ke lingkungan sebagai kerja dan tidak khusus digunakan untuk menaikkan temperatur sistem. Oleh karena itu, secara umum Cv berbeda dengan Cp karena   dqp = dH, maka :
                                                                                                          (Atkins, 1994)
5.    Kalorimetri
Kalorimetri didasarkan kenaikan suhu yang teramat dalam beberapa medium. Kalor spesifik dari zat adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu dari 1 gram zat pada 1°C. Besaran lain yang berhubungan adalah kapasitas kalor yang merupakan banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat bermassa pada 1°C. Banyaknya kalor yang keluar maupun masuk dari zat adalah :
                                    q = C . Dt
Dt adalah perubahan suhu yang diperoleh dari  tf – ti  dimana tf merupakan temperatur final dan ti adalah temperatur initial.
                                                q = C (tf – ti)
Sehingga persamaan kalor spesifik :
                                                q = m . d . Dt
Dimana m merupakan massa dalam gram dari zat yang menyerap kalor dan c = m.d
                                                                                                       (Chang, 1995)
Alat paling penting untuk mengukur kalor adalah kalorimeter bom adiabatik. Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal dalam wadah bervolume tetap yang disebut bom.
Perubahan temperatur DT dari kalorimeter yang dihasilkan dari reaksi sebanding dengan energi yang dibebaskan / diserap sebagai kalor. Oleh karena itu dengan mengukur DT kita dapat menentukan qv. Sehingga kita dapat mengetahui DV konvensi dari DT menjadi qv tidak bisa lepas dari kapasitas kalor C dari kalorimeter. C adalah koefisien perbandingan antara energi yang diberikan sehingga kalor dan kenaikan temperaturnya disebabkan :
                                    q = C . DT
Untuk mengukur C, kita alirkan arus listrik melalui pemanas dalam kalorimeter dan kita tentukan kerja listrik yang kita lakukan padanya.
                                                                                                       (Atkins, 1994)
6.    Hukum Hess
Penerapan hukum pertama disebut hukum Hess : “Entalpi reaksi secara keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individual yang merupakan bagian dari suatu reaksi.”                                           
(Atkins, 1994)
Suatu reaksi kimia yang diinginkan dapat ditulis sebagai rangkaian dari banyak reaksi kimia. Jika seseorang mengetahui panas reaksi dari masing-masing tahap di atas, maka panas reaksi yang diinginkan dapat dihitung dengan menambahkan atau mengurangi panas reaksi dari masing-masing tahap. Prinsip ini dimana panas reaksi ditambahkan atau dikurangi secara aljabar, disebut hukum Hess mengenai penjumlahan panas konstan.
Dasar dari hukum ini adalah entalpi atau energi internal merupakan suatu besaran yang tidak tergantung pada jalannya reaksi, yaitu :
DH = DH1 + DH2 + DH3 ………                        atau
qp = q¢p + q¢¢p + q¢¢¢p  ………...
                                                                                                            (Dogra, 1990)
7.    Asas Black
Asas Black menyatakan jumlah kalor yang masuk sama dengan jumlah kalor yang dilepaskan pada suatu sistem.
                                                                                                                    (Mulyono, 2001)
8.  Reaksi Endoterm dan Eksoterm
Reaksi endoterm merupakan reaksi kimia yang berlangsung dengan penyerapan kalor. Sedangkan reaksi eksoterm merupakan reaksi kimia yang berlangsung dengan pelepasan kalor.
                                                                                    (Petrucci, 1987)


DAFTAR PUSTAKA
Atkins, PW. 1994. Kimia Fisik II. Erlangga: Jakarta
Basri, S. 1996. Kamus Kimia. Rineka Cipta: Jakarta
Chang, R. 1995. Chemistry. Random House: USA
Daintith, J. 1990. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga: Jakarta
Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI Press: Jakarta
Mulyono, M. 2001. Kamus Kimia. Ganesindo: Bandung
Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar. Erlangga: Jakarta
Robert, and Caselo Mc. 1981. Basic Prinsiples of Org Chemistry. CS: New York
Sukardjo. 1989. Kimia Anorganik. Bina Aksara: Yogyakarta

PEMBAHASAN DIDAPAT SETELAH MELAKUKAN PRAKTIKUM!

Thanks for reading & sharing GabutiArt

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Populer