Home » , » Laporan Fisika Farmasi Dispersi Koloidal Dan Sifat-Sifatnya

Laporan Fisika Farmasi Dispersi Koloidal Dan Sifat-Sifatnya

Posted by Dika Ramadanu on Selasa, 02 Oktober 2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Sistem koloid sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.


1.2.            Rumusan Masalah
·         Apa itu dispersi Koloidal ?
·         Bagaimana sifat-sifat  koloid dalam kehidupan sehari-hari ?

1.3.      Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah memberikan gambaran tentang sifat-sifat larutan koloidal.

1.4.            Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini yaitu mahasiswa lebih memahami gambaran tentang sifat-sifat larutan koloidal.


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispers, terdistribusi ke seluruh medium kontinu atau medium terdispersi. Bahan-bahan yang terdispers bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-partikel berdimensi atom dan molekul sampai partikel-partikel yang ukurannya diukur dalam milimeter. Oleh karena itu, cara yang paling mudah untuk penggolongan sistem terdispers adalah berdasarkan garis tengah partikel rata-rata dari bahan terdispers. Umumnya dibuat tiga golongan ukuran, yaitu dispersi molekuler, dispersi koloid, dan dispersi kasar (Martin, 1993).

Koloid Liofilik, Sistem yang mengandung partikel-partikel koloid yang banyak berinteraksi dengan medium dispersi dikenal sebagai koloida liofilik (suka-pelarut). Karena afinitasnya terhadap medium dispersi, bahan-bahan tersebut membentuk dispersi koloid, atau sol dengan relatif mudah. Jadi, sol koloidal liofilik biasanya diperoleh hanya dengan melarutkan bahan dalam pelarut yang digunakan. Koloida Liofobik, Golongan kedua dari koloid ini tersusun dari bahan yang jika ada mempunyai tarik-menarik kecil terhadap medium dispers. Golongan ini disebut liofobik (benci-pelarut) dan dapat diramalkan sifatnya berbeda dengan koloida liofilik. Ini terutama karena tidak adanya selimut pelarut di sekeliling partikel. Koloida liofobik umumnya tersusun dari partikel-partikel anorganik yang terdispers dalam air (Petrucci , 1985).

Efek Faraday-Tyndall, Bila suatu berkas cahaya yang kuat dilewatkan melaluoi sol koloid, akan terlihat suatu kerucut yang dihasilkan dari pemendaran cahaya oleh partikel-partikel. Hal ini disebut efek Faraday-Tyndall. Gerak Brown, Jauh sebelum Zisgmondy mengemukakan pergerakan partikel-partikel koloid secara acak dalam bidang mikroskop, Robert Brown pada tahun 1827 telah mengkaji fenomena ini. Gerak yang tidak beraturan, yang bisa diamati dengan partikel-partikel sebesar kira-kira 5 µm, dijelaskan sebagai hasil pemboman partikel-partikel oleh molekul-molekul medium dispersi. Kecepatan partikel meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel. (Atkins,  1999).



BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1    Waktu dan Tempat
Percobaan Fisika Farmasi yang berjudul “Dispersi Koloidal Dan Sifat-Sifatnya” ini dilakukan pada tanggal 28 Maret 2014 pukul 14.20 sampai dengan 18.00 WIB. Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fisika Farmasi yang bertempat di gedung Training Center Universitas Syiah Kuala (TC-Unsyiah).

3.2    Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, botol semprot, bunsen dan kaki tiga, buret 50 mL, cawan porelin, erlenmeyer 250 mL, filler,gelas kimia 100 mL, kaca arloji, labu ukur 100 dan 250 mL, pipet ukur 10 mL, spatula, statif dan klem, timbangan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah etanol, FeCl3,mucilago gumma arabici, NaCl.

3.3    Prosedur Percobaan
3.3.1        Pembuatan Reagensia
a.         Pembuatan larutan stok mucilago gumma arabici 105 100 mL
Diambil mucilago gumma arabici 1 gram. Dimasukkan dalam gelas kimia. Dilarutkan dengan aquadest. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Dikocok perlahan hinng homogen dan ditutup.

b.        Pembuatan larutan stok NaCl 10% 250 mL
Diambil NaCl 2,5 gram.dimasukkan kedalam gelas kimia. Dilarutkan dengan aquadest . dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Dikocok perlahan hingga homogen dan ditutup.

c.         Pembuatan larutan stok gelatin 5 dan 10% 100 mL
Diambil gelatin 1 gram. Dimasukkan kedalam gelas kimia. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Dikocok perlahan hingga homogen dan ditutup.

d.        Pembuatan larutan stok FeCl3 0,25 dan 0,5% 100 mL
Diambil FeCl3  0,025 dan 0,005 gram. Masing-masing dimasukkan kedalam gelas kimia. Dilarutkan dengan aquadest. Masing- masing dimasukkan kedalam labu ukur100 mL. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Dikocok perlahan hingga homogen dan ditutup.

3.3.2         Pengukuran
a.         Pengaruh Elektrolit terhadap Koloid
Dipipet masing-masing 10 ml zat (mucilago gum arabici, gelatin, FeCl3) kedalam erlenmeyer 250 mL. Dititrasi dengan NaCl 10%. Dicatat volume NaCl hingga terjadi pperubahan (endapan). Diulangi percobaan seperti pada tabel data pengamatan.
b.        Pengaruh Alkohol terhadap Koloid
Dipipet masing-masing 10 mL zat (gelatin 5 dan 10 %) kedalam erlenmeyer 250mL. Dititrasi dengan etanol. Dicatat volume etanol hingga terjadi perubahan (endapan).

c.         Reversibilitas Koloid
Dipipet masing-masing 5 mL zat (mucilago gum arabici, gelatin, FeCl3) kedalam cawan. diuPKn. Ditambahkan 10 mL air dingin. Diamati pembentukan larutan. 
DAFTAR PUSTAKA
Kartohadiprojo . 1999 . Kimia Fisika, terjemahan dari “Physical Chemistry’ oleh Atkins. Erlangga . Jakarta .
Martin, A . 1993 . Farmasi Fisika .  Gadjah Mada University Press . Jogjakarta .
Petrucci, R. H. 1985 . General Chemistry . Principles and Application . 4th Ed . Collier Mac Inc . New York.


  PEMBAHASAN DIDAPAT SAAT PRAKTIKUM!

Thanks for reading & sharing Dika Ramadanu

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Populer