Home » , » Laporan Fisika Farmasi Buffer dan Kapasitas Buffer

Laporan Fisika Farmasi Buffer dan Kapasitas Buffer

Posted by Dika Ramadanu on Sabtu, 29 September 2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor

Bahan-bahan obat berupa senyawa organik yang bersifat asam lemah atau basa lemah, dengan demikian faktor pH sangat mempengaruhi kelarutannya. Untuk obat-obat  yang bersifat  asam lemah, pada asam lemah, pada pH yang absolut rendah zat tersebut peraktis tidak mengalami ionisasi. Kelarutan obat dalam bentuk ini sering disebut sebagai kelarutan intrinsik.
Dalam bidang farmasi, buffer banyak digunakan pada medikal care dan pembuatan obat-obatan. Contoh yang lazim menggunakan buffer adalah seperti dalam menetralkan darah atau biasanya pada kasus keracunan. Selain itu dalam pembuatan obat-obatan, banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil.

1.2.            Rumusan Masalah
·         Bagaimana cara pembuatan larutan buffer ?
·         Bagaimana cara penentuan berapa mL NaOH untuk merubah pH asam asetat?

1.3.      Tujuan Percobaan
Memperkenalkan cara pembuatan buffer dan penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya


1.4.            Manfaat Percobaan
Dapat mengetahui cara pembuatan buffer dan penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya.





BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
          larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi diantara dua komponen penyusun ini disebut sebagai asam-basa konjugasi (Rohman, 2007).
            Adanya larutan penyangga ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan, fotografi, industry kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ektrasel. Dimana system penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun system penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hamper konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata. Pada obat tets mata mempunyai pH yang sama dengan cairan tubuh kita, agar tidak menimbulkan efek samping (Martin, 1990).
            Larutan penyannga yang bersifat asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH <7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Larutan penyangga yang bersifat basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH >7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dengan garamnya, dengan garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan cara mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih (Chang, 2006).



BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1    Waktu dan Tempat
Percobaan Fisika Farmasi yang berjudul “Buffer dan Kapasitas Buffer” ini dilakukan pada tanggal 11 april 2014 pukul 14.20 sampai dengan 18.00 WIB. Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fisika Farmasi yang bertempat di gedung Training Center Universitas Syiah Kuala (TC-Unsyiah).

3.2    Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, buret 50 mL, Erlenmeyer 250mL, gelas kimia 100 mL, kaca arloji, pH meter, spatula, statif dan klem serta timbangan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah asam asetat, NaOH, dan aquadest.  

3.3    Prosedur Percobaan
3.3.1        Pembuatan Reagensia
a.         Pembuatan larutan stok asam asetat 100 mL 0,1 dan 0,2 M.
Diambil asam asetat 0,6 dan 1,2 gram. Dimasukkan masing-masing asam asetat yang sudah ditimbang kedalam gelas kimia. Dilarutkan dengan aquadest. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Dikocok perlahan hingga homogen dan ditutup.

b.        Pembuatan larutan stok NaOH 250 mL 0,1 M
Diambil NaOH 1 gram. Dimasukkan kedalam gelas kimia. Dilarutkan dengan aquadest . dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Dikocok perlahan hingga homogen dan ditutup.



3.3.2        Pengukuran
Dippipet 10 ml asam asetat 0.1 M. dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 mL. diukur pH awal menggunakan pH meter. Ditambahkan 1 ml NaOH 0,1 M melalui buret. Diukur pH asam asetat menggunakan pH meter. Diulangi pengukuran pH setiap penambahan 1 ml NaOH 0,1 M hingga 10 ml. diulangi percobaan untuk 10 ml asam asetat 0,2 M. 


DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2006. Kimia dasar jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Martin, A. 1990. Farnasi Fisik Edisi Ketiga Jilid I. UI-Press, Jakarta.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
 
PEMBAHASAN DIDAPAT SAAT PRAKTIKUM!

Thanks for reading & sharing Dika Ramadanu

Previous
« Prev Post

2 komentar:

Populer